Syaikh Ali Musthafa Thantawi pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali mengabaikan hati. Karena hati adalah rumah bagi dua hal paling suci di dunia ini, yaitu iman dan cinta.”
Abu Bisyr, seorang murid Ali bin Abu Thalib ra, menyampaikan bahwa orang-orang terdahulu sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak. Hal itu disebabkan karena mereka selalu menjaga hati, sehingga hati-hati mereka sungguh bersih. (Az-Zuhud II/600).
Imam Ibnul Qayyim pun pernah mengatakan:
“Hati ibarat raja bagi anggota tubuh.
Anggota tubuh akan melaksanakan segala perintah hati dan menerima semua arahannya.
Anggota tubuh tidak akan melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari keinginan hati.
Oleh karena itu, hati merupakan penanggung jawab mutlak terhadap anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang dipimpinnya.
Jika demikian adanya, maka upaya memberi perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyehatkan dan meluruskan hati merupakan upaya terpenting.
Dan memperhatikan penyakit-penyakit hati serta berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling besar.”“Di dalam hati tersebut terdapat perasaan cinta dan iman kepada Allah, perasaan ikhlas dan tawakkal kepadaNya.
Semua itu merupakan unsur kehidupan bagi hati.
Namun, di dalam hati juga terdapat rasa cinta kepada syahwat, lebih mementingkannya serta memperturutkan segala keinginan.
Di dalam hati juga terdapat sifat hasad, sombong, ujub, dan ambisi untuk menjadi orang yang paling unggul, serta bertindak semena-mena di muka bumi dengan kekuasaan yang dimiliki.
Semua itu merupakan unsur yang akan membuat diri hancur dan binasa.”“Karena itu, surga tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang berhati kotor, dan tidak pula bisa dimasuki oleh orang yang di hatinya terdapat noda-noda dari kotoran tersebut.
Barangsiapa yang berusaha mensucikan hatinya di dunia, lalu menemui Allah (mati) dalam keadaan bersih dari kotoran-kotoran hati, maka dia akan memasuki surga tanpa penghalang. Adapun orang yang belum membersihkan hatinya selama di dunia, maka jika kotoran hati tersebut dari najis murni -seperti hatinya orang-orang kafir-, maka dia tidak akan bisa masuk surga selama-lamanya.
Dan jika kotoran tersebut sekadar noda-noda yang mengotori hati, maka dia akan memasuki surga setelah disucikan di dalam neraka dari kotoran – kotoran tersebut.”
Itu kata orang-orang terdahulu.
Lalu Bruce Lipton, seorang dokter dan peneliti di abad 21 mengatakan bahwa penyakit tidak diturunkan. Orang yang punya DNA yang sama belum tentu memiliki penyakit yang sama. Ternyata persepsi, pikiran yang menciptakan suasana bagi sel yang akhirnya menentukan seseorang sehat atau tidak. Dan ini semua asalnya dari hati.
WHO pun sudah mengakui bahwa sehat yang sesungguhna yharus mencakup sehat rohani, bukan hanya sehat jasmani.
Ternyata kini diakui bahwa 90% penyakit berasal dari stress, yang berasal dari penyakit hati.Ternyata benar, di dalam tubuh ada segumpal daging yang kalau ia baik, semua tubuh akan baik dan kalau ia buruk seluruh tubuh akan buruk.
Maka, marilah kita hidup secara sadar. Hidup dari detik ke detik, menyadari apa yang ada dalam hati. Setiap ada hal yang tidak enak di hati menandakan ada yang harus diperbaiki.
Rasa tidak terima, kesal, tidak suka, apalagi kalau sampai benci dan dendam, perlu segera diobati.Ada yang bikin kesal, mengkhianati kita, membuat kita marah, langsung katakan, “Allah ingin memberikan surga, maka orang ini dikirimNya padaku agar aku membuktikan bahwa aku sabar dan layak masuk surga.
Langsung bilang, “Alhamdulillah,” dan langsung syukuri. Hadapi dengan perasaan syukur. Lakukan berulang-ulang, insya Allah syukur dan sabarlah yang akan menjadi raja, menggantikan berbagai sakit dalam hati.
Jadi perasaan apa yang bisa kita perbaiki dengan lebih baik lagi agar kita bisa menjaga hati lebih baik lagi hari ini?
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. 91: 8-10).
via Hati: sumber sukses dunia dan akhirat — Indira Abidin’s Blog