Tumor otak pun bisa jadi berkah, kisah Bubu dan Baba 2

 

“Ok dok, makasih anjurannya nanti saya sampaikan ke suami saya,” jawab saya datar.
Keluarlah kami dari rumah sakit itu. Dan aku mulau bercerita pada Baba apa yang dokter mata katakan.

Baba pun seakan tidak terima. Dan dia bilang “Kita coba terapi dari dokter syarafnya aja dulu ya, Bu,” tutup Baba

Sebulan pun berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan kondisi Baba. Sat itu kartu BPJS kami baru saja selesai.

“Baba, kita coba CT Scan aja yuk pake kartu BPJS, beneran gratis gitu?” Ajakku iseng

“Ayo Bu, mumpung anak-anak libur ya,” baba menjawab dengan semangat.

Tanggal 20 Desember 2015

Kami check up dan CT Scan di rumah sakit. Karena pasien BPJS Baba harus menginap di RS. Aku pun berpamitan tanpa ada rasa khawatir sama sekali.

“Sampai besok ya Ba, insyaAllah hasilnya baik,” kataku penuh harap.

“Aamiin…sun buat d SUN ya neng,” jawab Baba.
Malam itu kami terpisah dan bisa tidur dengan nyenyak.

Tanggal 21 Desember 2015

Dokter membacakan hasil CT Scan.

Begitu ditarik lembaran fotonya aku langsung bisa melihat ada lingkaran yang cukup besar dan gelap di bagian otak Baba, nyaris setengah massa otak. Aku langsung mengucap, “innalillahi.”

Dokter perlahan menjelaskan apa arti foto tersebut, “Bapak, ada massa sebesar kurang lebih 5.5x7x11.5cm di bagian bawah kiri kepala Bapak,” papar dokter syaraf.

“Massa itu apa dok?” Tanyaku lirih

“Ehm…tumor bu,” jawab dokter pelan sekali, nyaris tak terdengar.

“Sabar ya Pak, Bu, kami akan rencanakan terapi secepatnya dengan dokter bedah syaraf ya,” tutup dokter.

Dokter pun meninggalkan kami yang terpaku. Tumor? Di otak?
“Baba, Bubu boleh nangis, Ba?” tanyaku

Baba langsung peluk aku erat sekali.

“Kuat, Bu, untuk Kakak, Teteh dan Mas. Baba kuat, Bu. Kita sama-sama, ya Bu,” Baba menenangkan aku.

Tidak lama dokter bedah syaraf datang dengan penjelasannya dan tahapan tahapan apa saja yang harus di lalui Baba suamiku.

“Selanjutnya MRI ya bu, diagnosenya adalah Brain Glioma. Untuk lebih akurat harus MRI. Saya buatkan surat pengantarnya, nanti dibaca lagi hasil fotonya, baru bisa kita rencanakan operasi pengangkatan tumor itu (biopsi). Spesimen dari tumor itu kemudian dites PA (Pathologic Assessment, analisa patologi – red), untuk mengetahui stadiumnya dan juga tahapan terapi setelah operasi. Saran saya secepatnya ya, Bu, tindakan operasi, karena ukurannya besar sekali,” jelas dokter bedah syaraf pada kami.

Memang besar sekali, actual sizenya kira kira pempek kapal selam palembang ukuran besar.

Atas seijin Baba, aku langsung broadcast ke keluarga dan sahabat terdekat untuk mendapat info penanganan terbaik bagi suamiku.

Malam itu aku juga langsung bertanya pada kakakku dr Ika Satya. Aku kirim juga foto-fotonya via wa, dan jawaban beliaulah yang membuat kami yakin akan kata ikhtiar. Baru terbuka sekarang, padahal beliau pas tahu kondisi adiknya beliau galau segalaunya dan menambahkan nama Baba dalam setiap doanya. Terima kasih ya, Mbak Ika.

Keesokan harinya kami mencoba antri MRI melalui BPJS, tapi kondisi Baba tidak fit. Jadinya kami pindah ke Siloam.

Dan langsung mendapat hasil mentah MRI dan kami bawa ke Prof Eka di Siloam, Karawaci. Terima kasih dear Pradita Gifani

22 desember 2015

Hasil baca dari prof dan timnya, Baba di nyatakan glioblastoma multiforme (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Glioblastoma), dan di sarankan operasi. Dan juga tahapan berikutnya adalah tes PA, agar tahu grade/stadiumnya dan jumlah terapi radiasi plus kemo.

Baba langsung menyanggupi operasi.

Tanggal 23 desember 2015

Kami kontak ke siloam untuk minta jadwal operasi. Susternya langsung menginfokan jadwal operasinya di tanggal 26 Desember dan 25 Desember sudah harus masuk RS untuk rangkaian persiapan operasi.

Dokter sudah menjelaskan segala kemungkinan yang terjadi pasca operasi. Mendengarkan segala kemungkinan terburuk.

Tanggal 24 desember 2015

Kami sekeluarga pergi jalan- bersama tiga anak kami, quality time bersama mereka dan kami tidak cerita pada mereka Baba mau operasi. Hanya cerita mau periksa mata.

Malam itu kami berbincang berdua.

“Baba, Bubu pernah minta sesuatu tidak ke Baba?” tanyaku pelan.
“Minta apa ya, ggak ya Bu, Baba gak inget,” jawab Baba.
“Bubu minta Baba besok habis operasi bangun yaaa, gak pake lama,” pintaku kuat.
“Aamiin neng, kasih waktu paling lama 3 hari ya Bu, Baba pasti bangun kok, kita sama-sama lagi ya, Bu. Bubu yakin Baba sehat karena Baba yakin, Baba akan menua bareng Bubu dan anak anak,” papar Baba panjang.

Aamiin ya Allah…


25 Desember 2015

Tepat di ulang tahun Baba, hari Jumat, Baba minta Jumatan di mesjid komplek kami, sekalian minta doa para jamaah mesjid.

 

Bersambung…

Tumor otak pun bisa jadi berkah, kisah Bubu dan Baba 1

Sahabat Lavender,

Di bawah ini adalah tulisan Bubu (Mbak Dinda) mengenai Baba (panggilan sayang suaminya) dan anak-anak mereka, d SUN (Sae, Uma, Nesto), dalam menghadapi kurikulum tumor otaknya. Sungguh sangat dalam pelajaran yang bisa kita pelajari dari perjalanan ini. Kita simak yuk.

☆☆

Selamat sore teman-teman semua…

Terima kasih ya, Taman Lavender, sudah menjadi bagian dari keluarga kami, setia menemani setiap hari via group wa dengan segala bentuk motivasi dan curahan doa, terutama pencerahan-pencerahan dari teteh Indira Abidin. Tak lupa Ibu Adi Tri Kuswati yang pertama sharing tentang pengalaman “persahabatannya” bersama anugerahnya..

Masya Allah..hanya Allah yang dapat membalas segala bentuk cinta kakak-kakakku semuanya.

Ijinkan saya berbagi cerita bahagia. Semoga menjadi penambah motivasi untuk hidup bahagia dalam sehat yang manfaat. Aamiin!


☆Senang Bersamamu @sanitric☆

Cerita perjalanan kami sebelum suamiku Sani Tri Cristian (Baba) menerima anugerah, sampai dengan ikhlas berbahagia menjalaninya bersama.”
(Silahkan share tanpa ijin terlebih dahulu, agar dapat ikut berbahagia bersama kami).

“Bu, baba geleyeng bu..Baba langsung rebahan ya,” keluh Baba sepulang dari proyek.

Kalimat itu berulang hampir setiap malam, mulai dari awal tahun 2015.
Dan aku selalu mengecek suhu tubuhnya juga tensinya..semuanya normal.

Sejak kecil, Baba tidak pernah mau minum obat, kalau sakit obatnya hanya istirahat.

“Sepertinya, Baba kelelahan” batinku
Di pertengahan tahun 2015 keluhan Baba bertambah.

“Bu, kok sekarang keliatannya belereng (buram) ya? Coba Bubu di sisi kanan Baba…kok Baba gak bisa lihat jelas ya?” Tanya Baba serius, sembari memicing micingkan matanya.

“Periksa atuh ke dokter mata, Ba, besok ya,” ajak aku.
Mulailah kami gerilya ke dokter mata dan juga optik-optik mata. Dari sekian dokter dan optik yang kami sambangi jawabannya sama, “Ini sih bapak kecapean ya, istirahat saja dulu, minusnya hanya 0.25. Nanti cek lagi minggu depan,” kurang lebih itu jawaban mereka.

Hingga terjadilah Baba terjatuh dari sepeda di akhir bulan Agustus 2015. Sambil berlumuran darah, Baba berulang kali memohon maaf, karena selepas subuh pergi naik sepeda bareng teman-temannya, tanpa sepengetahuan Bubu. Padahal Bubu sudah berpesan tidak ber down hill dulu, selama matanya belum pulih. Saat itu tangan kirinya patah dan kuku jari kaki Baba terlepas.

Pemulihan setelah patah tulang cukup lama. Kami pun merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke 9 (16 September 2015) di rumah. Baba terbaring dan mengucap doa bersama anak-anak kami, Sae, Uma dan Nesto.

Selama istirahat di rumah penglihatan Baba semakin berkurang, Baba sampai sempat tidak dapat membaca lagi. Kami pun memutuskan berlangganan koran untuk melatih baca. Hasilnya? Tidak ada. Kondisi mata kanan baba semakin menurun. Kami kembali gerilya ke dokter mata, dokter umum dan hasil diagnosanya pun sama . Menurut mereka, Baba hanya kelelahan.

Bulan-bulan pun berlalu, akhirnya Baba memutuskan di rumah dulu tidak beraktifitas. Sampai di bulan November, aku mengajak Baba check up ke spesialis syaraf, ini berdasarkan saran dari kakakku, melihat dari keluhan Baba yang seperti geleyeng tanpa rasa sakit di kepala, tapi kepala terasa berat.

Hari itu kami periksa dan tebak apa kata diagnosa dokter spesialis syarafnya. Beliau menyarankan PIKNIK, “Matikan gadget, dan benar benar istirahat dulu, Pak” saran dokter itu. Suamiku benar over exhausted, batinku.

Sang dokter juga menyarankan ke spesialis mata untuk memeriksakan penglihatan yang semakin menurun..

Kami pun mengikuti anjurannya.
Saat di periksa di dokter mata barulah mulai terkuak ada sesuatu yang serius dengan Baba. Sang dokter mengajak aku ngobrol personal, Baba menunggu di luar

“Ibu, saya sarankan bapak menjalani CT Scan kepala, karena gejalanya persis dengan pasien saya minggu kemarin. Setelah CT Scan ternyata ada tumor di kepalanya dan menekan bagian optiknya sehingga tidak bisa melihat lagi,” jelas dokter mata tersebut.
—————
Hening sejenak
Bubu kaget. “Hello…dokter spesialis syaraf yang jauh lebih senior dari dokter mata ini aja cuman nyuruh piknik. Ini kok CT Scan,” umpatku dalam hati. Begitu panas rasanya saat itu. #istighfar Aku tidak menerima diagnosa dokter tersebut.

 

Bersambung

1.000x semangat. Kanker melatih daya juang yang tinggi untuk bisa mengatasinya.

bahagia.png

Saya Nurul Munawaroh. Saya ibu dengan tiga orang putri yang solehah, alhamdulillah. Saat saya memasuki usia 40 tahun, aku menerima diagnosa kanker. Dimulai dengan benjolan dibawah telinga kanan yang hampir 1 tahun saya alami tanpa dirasa yang tak terasa sudah sebesar telur ayam.

Anak bungsu saya selalu menangis kalau saya tinggal ke kantor dan di sekolah. Gurunya mengatakan bahwa ia selalu menangisi mamanya. Pada suatu malam kami sedang berkumpul bersama sambil mengerjakan PR tiba-tiba anak bungsu saya bertanya dengan santai, “Mama kanker ya?”

Kami semua kaget dan saya hanya senyum saja sambil mengalihkan pembicaraan saya menjawab, “Iya nak, kanker alias kantong kering.”

Sebelum tidur anakku yang solehah ini berkata kepada saya, “Mama harus berobat, Ade sayang mama.” Kata-kata itu selalu teringat dan itulah langkah awal saya memulai pengecekan.

Diawali dengan tahap awal pengecekan jalur PPJS ke puskesmas sampai dengan rumah sakit besar. Keputusannya saya harus biopsi. Mendengar kata biopsy membuat hati ini bergetar. Saya pun terus berdoa semoga hasilnya baik-baik saja.  Dalam waktu 2 minggu saya menunggu dan alhamdulillah setelah dibacakan dokter mengatakan hasilnya saya positif terkena kanker nasofaring stadium 3 dan saya harus menjalani kemo dan radiasi.

Saya terdiam dan mensyukuri apa yang saya terima dan rasanya hari itu dunia terasa hening, diam seakan berhenti. Saya menangis dan menangis sekuat tenaga. Saya memikirkan nasib anak-anak saya. Saya menyendiri dan bertanya pada diri saya, “Ya Allah apa salah saya sehingga saya diberikan ujian seperti ini? Ini penyakit yang mematikan dan sering orang menganggap bahwa ini penyakit orang kaya karena mahal pengobatannya.”

Saya terus berdoa dan berdoa. Jawaban pun lalu saya dapati. Saya mulai yakin bahwa ini adalah kesuksesan yang tertunda dan saya harus lebih dekat lagi dengan Sang Pencipta Allah SWT. Saya pun harus lebih dekat lagi dengan keluarga. Saya terlalu sibuk mencari dunia dengan bekerja dan bekerja. Kini saatnya saya harus banting stir untuk penyembuhan penyakit saya. Saya harus sehat itu syaratnya.

Saya harus menjalani 35x radiasi dan 19x kemo. Subhanallah perjuangan panjang yang sangat saya nikmati. Setiap hari Senin sampai dengan Jum’at saya radiasi. Hari Sabtu test darah. Senin mulai kemo lagi. Begitu terus selama dua bulan tanpa putus.

Alhamdulillah benjolan saya mengecil dan saya tidak perlu dioperasi. Leher saya gosong seperti areng dan lidah saya keluh. Setiap kali makan muntah dan berat badan turun drastis 20kg. Dengan berbekal 1000x semangat sehat sehat sehat. Selama 40hari saya jalani Shalat Dhuha dan Tahajjud tidak putus.

Walau badan ini sangat lemah saya paksakan harus bangun. Meskipun lidah ini keluh saya paksakan bisa membaca Al Qur’an tiap hari 1juz walau terkadang tidak sampai karena kepala kalau sudah diradiasi sudah tergeletak tak bisa bergerak. Makanan dan minuman yang masuk selalu saya muntahkan. Hanya air zamzam yangg bisa masuk kebadan. Menelan air saja tidak bisa karena efek radiasi leher saya gosong.

Setiap orang yang melihat saya memberikan support dan doa. Tak henti-hentinya saya bersyukur masa-masa sulit saya sudah saya jalani. Benjolan saya sudah kempes dan kemo sesi 1 berhasil. Saya harus melanjutkan dengan sesi 2 dan 3 dengan satu bulan sekali kemo selama seminggu tiap hari selama setahun penuh. Akhirnya bulan Agustus 2016 saya dinyatakan bersih, dan harus rajin kontrol tiga bulan sekali. Perjuangan panjang walau berat saya nikmati dengan ikhlas, sabar dan bahagia jadi tidak akan terasa sakit, bahkan menjadi obat hati buat saya.

Dan yang membuat saya sangat bahagia setelah saya dinyatakan bersih dari sel kanker saya mendapat info dari travel haji bahwa saya bisa berangkat haji tahun 2016, padahal seharusnya tahun 2017.  Subhanallah  terjawab sudah bahwa ini adalah rahasia Allah SWT. Saya sehat berkat semangat dan sikap positif, berprasangka baik kepada Sang Pencipta Alam semesta. Kita hanya pasrah dan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Saya ucapkan banyak berterima kasih atas bantuan support dari keluarga, kerabat dan sahabat sehingga semuanya bisa menjadi semangat saya, untuk sehat dan sehat.

Tujuan saya ingin berbagi cerita ini ke Group Lavender Ribbon untuk memberikan 1000x semangat sehat dan sehat. Sehat itu sangat penting diatas semuanya. Sahabat-sahabatku semua yang sedang menjalani proses kesembuhan harus punya daya juang yang tinggi. Memang sangat berat dan perlu banyak sekali ilmu buat kita. Kita harus banyak belajar dari pola pikiran, pola hidup, pola makan dan gaya hidup yang harus berubah dari yang sebelumnya. Saya ingin bisa aktif di group Lavender dengan kopi darat karena selama ini saya hanya menyimak dan mengambil ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat yang saya dapati di group Lavender walau saya belum pernah bertemu tapi serasa saya ikut menjadi bagian dari keluarga Lavender dengan motto saya jauh dimata dekat dihati.

Terima kasih buat team Lavender. Bagi sahabat-sahabat yang ingin berinfak silakan transfer ke  Yayasan Lavender Indonesia, Bank Mandiri no rekening 1270007342932. Dan bagi sahabat-sahabat yang ingin bertanya detail perjuangan saya menghadapi penyakit kanker saya silakan ke WA saya 08161889106. Saya sangat senang bisa membantu sahabat-sahabat yang masih menjalani proses penyembuhan. Semoga hal ini bisa menjadi ladang amal buat kita semua. Pesan saya jangan pernah putus asa dan jangan menyerah dengan keadaan. Kita harus 1000x semangat, buat sahabat-sahabat Lavender.

 

 

 

 

 

 

 

 

Mensyukuri kanker dengan positive thinking dan perubahan hidup

Kita wajib menjaga badan sendiri karena badan ini milik Allah, jangan sampai dirusak oleh pola makan dan pola pikir atau pola hidup yang kita pilih sendiri..png

Oleh: Berry Roslina, Lavender Ribbon Cancer Support Group, dalam rangka #WorldCancerDay dan Ulang Tahun Lavender Ribbon Cancer Support Group

Saya Betty Roslina. Saya menerima diagnosa kanker di bulan Oktober 2013. Pertama kali mendapat diagnosa ini saya stress bukan kepalang. Bagi saya pada saat itu kanker adalah sakit berkepanjangan dan mendekati kematian. Saya takut akan merepotkan orang lain. Saya khawatir anak-anak belum bisa mandiri dan saya tidak bisa menitipkan mereka pada orang lain, meskipun ada yang mau menjamin sekalipun.

Saat itu saya langsung menjalani mastektomi. Saya merasa terdesak, tak punya waktu untuk mencari informasi lain, padahal saya ingin mencari tahu soal herbal. Saya stress dan merasa tak ada jalan lain selain mastektomi. Keluarga ikut saja. Semua menyerahkan keputusan pada saya.

Setelah mastektomi sebenarnya saya harus menjalani kemoterapi sebanyak enam kali selang tiga minggu sekali. Saat itu saya merasa punya waktu untuk mencari informasi. Saya pun mencoba menggali berbagi informasi dan menemukan bahwa banyak yang sembuh kanker tanpa harus kemoterapi. Saya juga menemukan cerita pengalaman orang yang menjalani kemoterapi sampai lumpuh kena tulang tdan otak. Karena kesal tidak mengalami kemajuan maka ia meninggalkan kemoterapinya dan beralih memperbaiki pola makan dan herbal. Berangsur-angsur ia mengalami banyak kemjuan, bisa menjalani bisnis kembali meskipun dengan keterbatasan gerak. Cerita itu menginspirasi saya untuk meninggalkan pilihan kemo. Saya berkomitmen untuk membentuk pola hidup sehat, pola pikir sehat dan pola makan sehat.

Saya juga banyak berserah diri hanya pada Allah, banyak membaca doa sehingga saya bisa mengatasi keresahan jiwa saya dan perlahan-lahan bebas dari stress. Kanker membantu saya untuk sadar bahwa saya harus bersiap-siap untuk mati. Saya kini pasrah, siap tidak siap ya harus siap. Kematian bisa datang kapan saja, pada siapa saja, tidak harus melalui kanker dan tidak harus ke pasien kanker.

Kuncinya: Positive thinking.

Kini sudah tiga tahun berlalu, alhamdulillah badan terasa lebih sehat dan saya berusaha untuk selalu sehat. Kanker membantu saya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga badan. Lebih memperhatikan pola makan, pola pikir dan pola hidup yang baik bagi kesehatan tubuh lahir batin. Ph tubuh bagiku sangat penting. Saya jaga pH tubuh melalui berbagai makanan dan pola pikir yang menyehatkan.

Positive thinking saja. Kita harus benar-benar tahu badan sendiri. Kita wajib menjaga badan sendiri karena badan ini milik Allah, jangan sampai dirusak oleh pola makan dan pola pikir atau pola hidup yang kita pilih sendiri.

Keluarga alhamdulillah ikut saja dengan keputusan-keputusan saya. Bagi saya, diperlakukan seperti orang sehat sudah cukup. Alhamdulillah tidak ada yang membebani saya. Saya pun alhamdulillah tak menjadi beban siapapun.

Saya masih sangat mengharapkan ada obat kanker yang paten, agar kita bisa sembuh tanpa haru menjalani kemoterapi. Obat itu juga harus bisa terjangkau oleh kalangan ekonomi bawah. Ini impian saya sampai saat ini.

Hikmah di balik kanker

Pelajaran yang sangat berharga bagi saya selama menjalani kurikulum kanker ini, adalah berbagi. Ternyata saya tak sendiri. Menjadi anggota Lavender Ribbon Cancer Support Group membuat saya bertemu banyak teman senasib sepenanggungan yang bisa diajak berbagi.

Kisah-kisah mereka yang sukses menjalani kurikulum kanker benar-benar penting. Dengan banyak yang berhasil sehat kembali, insya Allah para penerima kurikulum kanker akan bisa belajar mendapat ilmu untuk bisa ikut menjadi sehat seperti mereka. Semua cerita sukses dapat menjadi inspirasi.

Saya banyak sekali belajar dari komunitas ini. Saya pasrah dan menyerahkan diri pada Sang Maha Pencipta. Badan dan kematian adalah milik Allah. Marilah kita usahakan agar bisa menjaganya kesehatan tiap hari.

Bagi teman-teman yang baru menerima diagnosa kanker, terus semangat. Carilah informasi sebanyak mungkin sebelum mengambil keputusan pengobatan.

Yaa Alloh aku panjatan syukur atas karuniamu yang telah Kau limpahkan dengan memberikan pengalaman mengalami kanker, karena berkat pengalaman itu aku lebih mensyukuri, bahwa ternyata aku masih bisa menikmati kehidupan dunia ini.

Terimakasih Yaa Alloh…….

Terimakasih Yaa Alloh…….

Terimakasih Yaa Alloh…….


Ingin membantu teman-teman penerima kanker di Lavender? Silakan kirim donasi anda ke Yayasan Lavender Indonesia di Bank Mandiri nomor rekening 1270007342932. Kirim bukti transfer ke Indri Yusnita via wa atau sms di +62 815 8700930.

Mengapa Lavender Ribbon?

IMG_0186

Lavender adalah bunga yang bernama latin Lavandula. Tumbuh di pulau Canary, Cape Verde, Eropa, Mediterania, India dan barat daya Asia, lavender dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki banyak khasiat.

Saat Indira Abidin dan Nita Yusuf menyusun berbagai persiapan pendirian komunitas untuk para pejuang kanker, mereka menemukan bahwa pita lavender adalah simbol kampanye untuk semu jenis kanker. Akhirnya dipilihlah Lavender Ribbon atau pita lavender sebagai nama dan lambang komunitas yang didirikan ini.

Memang lavender bukanlah bunga asli Indonesia. Namun selain karena warnanya telah dijadikan simbol kampanye kanker secara global, lavender juga banyak dikenal sebagai bunga yang memiliki manfaat kesehatan.

Lavender mengandung phytonutrients yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Ia juga mengandung antioksidan yang dibutuhkan tubuh dan dapat membunuh bakteri yang kerap menyebabkan sakit perut. Lavender juga memiliki efek menenangkan dan menidurkan. Hal ini sangat penting bagi para pejuang kanker yang pada umumnya belajar untuk mengelola stress dan membangun ketenangan bagi tubuh, pikiran dan jiwa dalam proses penyembuhannya.

Yuk, bergabung yuk dalam komunitas pendukung kanker, Lavender Ribbon Cancer Support Group. Dan jangan lupa coba juga gunakan minyak lavender untuk mulai mengenali khasiat-khasiatnya.

IMG_0250