Kanker Antara Anugerah dan Temuan Warsito

November 2012, saya didiagnosa positif kanker payudara stadium II. Alhamdulillah, dengan izin Allah melalui ECCT atau yang biasa disebut “Jaket Listrik” atau “Jaket Warsito” saya bisa bebas dari sel kanker. Banyak yang bertanya, apa itu Jaket Listrik, atau Jaket Warsito? Bagaimana cara kerjanya; efektif atau tidak?

Saya akan memulai penjelasan ini dengan sama-sama mengenali gelombang listrik.

Ada berbagai jenis gelombang listrik. Gelombang listrik yang sangat kuat digunakan dalam sinar X, mammogram, dan PET scan. Saking kuatnya gelombang tersebut dapat menyebabkan ionisasi dan membakar protein, menimbulkan perubahan zat. Penggunaan gelombang listrik yang sangat kuat ini dapat membahayakan kesehatan dengan radiasinya.

Berikutnya adalah gelombang listrik ultraviolet dan infrared. Keduanya kuat tapi tak menyebabkan ionisasi seperti sinar X, mammogram, dan PET scan.

Di bawahnya lagi ada gelombang radio, seperti yang digunakan oleh MRI. Itu sebabnya MRI yang tak menggunakan kontras lebih rendah risikonya dibandingkan sinar X, mammogram, atau PET Scan.

Di bawahnya lagi adalah gelombang listrik yang digunakan oleh handphone, microwave, dan lain sebagainya.

Gelombang listrik yang digunakan oleh alat pemindai listrik (ECVT) dan alat pembunuh sel kanker (ECCT) ada di bawah semua gelombang listrik tersebut, yakni dengan gelombang 10-30 volt. Dengan demikian, gelombang listrik jenis ini tidak membahayakan, dan membutuhkan sumber energi listrik yang rendah.

SEBELUM MENEMUKAN ECCT atau Jaket Listrik, Dr. Warsito Purwo Taruno, M.Eng. telah dikenal di dunia sebagai penemu ECVT atau alat pemindai empat dimensi, sebagai aplikasi dari teknologi tomografi medan listrik. Tomografi adalah pemindai objek tanpa harus menyentuh bendanya. Empat dimensi di sini adalah tiga dimensi ruang (volume) dan satu dimensi waktu karena objek bergerak. Hal ini adalah terobosan besar dalam teknik pemindaian karena ECVT dapat memindai 3D, tidak seperti CT Scan dan MRI yang hanya memindai citra 2D. Paten atas temuannya ini telah diterimanya dari biro paten Amerika, dan telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, termasuk oleh NASA.

ECVT untuk memindai payudara (breast scanner)

Untuk pemindaian kanker otak dan payudara, ECVT memungkinkan kita mengetahui tingkat aktivitas sel. Sel kanker yang membelah tanpa kendali memiliki aktivitas listrik. Makin sering ia membelah, aktivitas listriknya pun makin tinggi. Dengan demikian, ECVT dapat memindai tingkat aktivitas sel, makin ganas makin tinggi pula aktivitas sel yang dipindai.

ECVT juga dapat memindai apa yang tak dapat dipindai oleh PET Scan dan USG, yaitu abnormalitas yang menimbulkan aktivitas listrik 0,05. Hal ini tak dapat dilakukan oleh PET Scan dan USG yang baru bisa mendeteksi abnormalitas di atas 0,2.

ECVT untuk otak (brain scanner)

Karena kebutuhan energi listriknya juga sangat kecil, ECVT dapat digunakan di daerah-daerah yang tidak memiliki sumber listrik yang besar. Harganya pun tentu lebih terjangkau. Dengan demikian, ECVT dapat menjawab beberapa tantangan yang tak dapat dipenuhi oleh PET Scan, mammogram, atau MRI yang membutuhkan sumber energi listrik besar, dapat membahayakan kesehatan penggunanya, dan baru dapat memindai aktivitas listrik yang besar.

Dari citra hasil pemindaian payudara dan otak ini, kita dapat mengetahui tingkat aktivitas sel (seberapa sering ia membelah) dalam satu detik, letak dalam payudara atau otak, serta volume cakupan sel yang sudah terkena sel kanker (dalam persentase). Berdasarkan informasi inilah para konsultan fisika medis dapat memberikan saran alat ECCT yang dibutuhkan dan frekuensi penggunaan.

Dalam gambar di atas dapat dilihat bahwa ada empat tahap pembelahan sel kanker. Pada tahap metaphase, terjadi benang-benang spindle seperti yang ada dalam gambar di atas. Proses ini menghasilkan gelombang listrik, dan sensitif terhadap gelombang listrik yang dikeluarkan oleh ECCT. Benang spindle yang dihasilkan bersifat listrik tinggi dan akan putus-putus apabila terpapar dengan gelombang listrik ECCT. Berbeda dengan sel kanker, hal ini tidak terjadi pada sel normal yang sifat listriknya netral.

Di sisi inilah kemoterapi (chemotherapy) ibarat membunuh nyamuk dengan obat nyamuk yang sarat zat kimia. Apabila ada makhluk lain di sekitarnya makhluk lain itu dapat pula terpapar zat racun. Dan apabila nyamuk tersebut tidak mati, ia bisa hidup lagi dan resisten terhadap obat nyamuk tersebut. Radiasi itu ibarat membunuh nyamuk dengan membakar. Zat-zat lain di sekitar nyamuk pun dapat terbakar. ECCT ibarat membunuh nyamuk dengan tepukan tangan. Nyamuk mati tanpa membahayakan makhluk apa pun yang ada di sekitarnya. Jadi, ECCT sangat aman dan minim efek samping.

Ibarat menepuk nyamuk, ECCT mematikan ribuan sel kanker setiap detik. Posisi ECCT harus tepat agar gelombang listrik dapat dengan tepat mengenai sasarannya. Itulah sebabnya setiap alat ECCT harus dibuat customized untuk penggunanya. Makin tinggi voltase, makin keras “tepukan” dan makin kuat pula membunuh sel kanker.

DALAM PENGGUNAAN ECCT untuk mengatasi kanker, membunuh sel kanker tak terlalu membutuhkan waktu lama. Yang bisa jadi membutuhkan waktu lama adalah pembuangan sel kanker yang mati akibat terpapar gelombang listrik ECCT. Karena sel pecah, isinya keluar. Pada umumnya isinya ini terdiri dari 70 persen air, 20 persen protein, dan sisanya gas. Protein dari sel mati inilah yang baunya menyengat. Untuk yang vegetarian jumlah proteinnya biasanya lebih sedikit sehingga buangannya lebih bersifat cair.

Apabila metabolisme pengguna ECCT baik, maka seluruh isi sel mati tersebut akan diserap oleh darah dan keluar melalui urine, feses, keringat, atau dahak. Kolesterol dan minyak dapat menghambat penyerapan sel mati ini sehingga harus dihindari.

Untuk tumor berukuran empat sentimeter, dengan proses pembuangan yang baik, tumor akan hilang dalam waktu dua tahun, sementara sel kankernya bisa mati secara keseluruhan dalam tiga bulan. Apabila tumor (lump) dirasa mengganggu, tumor tersebut dapat diangkat (operasi). Apabila tidak, tumor tidak berbahaya lagi, namun bisa menyebabkan radang. Radang dapat diatasi dengan meningkatkan imunitas dengan konsumsi antioksidan, protein dan vitamin C. Adapun untuk alat diliburkan sementara.

Dari sifat pembuangannya ada berbagai jenis sel kanker. Ada yang lancar terbuang larut dalam pembuluh darah. Pengguna akan mengalami proses pembuangan yang “heboh” dan bau, baik melalui BAB, BAK, maupun keringat. Bekatul dan teh hijau dapat dikonsumsi untuk membantu proses pengeluaran sel mati jenis ini.

Ada pula jenis sel yang apabila mati menjadi cairan tapi tidak keluar karena terbungkus selaput. Untuk kasus ini, apabila ada luka maka akan menolong mengeluarkan cairan sel mati tersebut. Dapat pula dilakukan operasi kecil untuk mengeluarkan cairan. Air kelapa hijau pun dapat membantu menyedot cairan melalui membran. Nah, banyak pengguna yang merasa bingung kalau ada luka pada tahap ini, dan menganggap kanker payudaranya mengalami perburukan, padahal belum tentu.

Ada pula yang buangan selnya lebih banyak bersifat padat, dan masuk dalam kelenjar getah bening. Ada juga yang isinya kalsium dan tidak mengalir. Untuk yang ini, operasi pada saat aktivitas sel sudah di tingkat 0,1 dianjurkan. Ada pula yang menyebabkan deformasi payudara karena massa di dalam mati menyusut dan regenerasi sel tidak terjadi. Untuk ini rekonstruksi payudara dapat dilakukan.

SATU SEL SAJA cukup untuk membuat kanker muncul lagi dan menyebar. Karena itu, operasi hanya dianjurkan apabila tingkat aktivitas sel sudah mencapai tingkat 0,1.
Kita dapat menciptakan suasana yang membuat kanker tumbuh subur apabila kita rawan stres, kurang oksigen, dan memiliki darah yang asam (pH rendah). Untuk mencegah kanker tumbuh lagi, jagalah keseimbangan body – soul – mind . Pengguna ECCT juga disarankan untuk tetap menggunakan ECCT meskipun sel kanker telah mati untuk mencegah munculnya kanker kembali. Pengalaman pribadi, saya tetap menggunakan ECCT 2×2 jam sehari, tiga kali seminggu.

Saya sangat bersyukur mendapat informasi mengenai ECCT pada saat yang tepat. Sesungguhnya saya sempat berobat herbal dan menjadi vegetarian murni selama dua bulan, pada masa belajar mengenai kanker payudara dan metode-metode alternatif untuk mengatasinya. Usai cek USG setelah dua bulan dan menemukan ukuran dan sifat tumor tidak berubah, saya memastikan bahwa herbal dan vegetarian saja tidak cukup. Saat itulah saya mulai mencoba menggunakan ECCT. Tingkat aktivitas sel saya saat itu 85 persen, sangat ganas, dengan volume hampir 100 persen, mencakup hampir seluruh payudara kanan.

Saya merasa sangat nyaman menggunakan ECCT. Memang agak repot sedikit karena setiap hari harus pakai Jaket Listrik ini ke kantor, sambil training, seminar, memimpin perusahaan, jemput anak, menjadi public speaker di dalam dan luar negeri, bahkan ke resepsi pernikahan. Saat paling merepotkan adalah kalau saya harus pergi ke luar kota atau luar negeri seorang diri karena saya butuh bantuan merekatkan ECCT di bagian punggung. Apalagi waktu di Seoul, petugas yang datang ke kamar untuk membantu saya berpakaian tak bisa bahasa Inggris. Bahasa Tarzan pun jadi. Dan semua berhasil dilalui dengan baik, alhamdulillah. Saya tak perlu diopname, atau mengeluarkan uang yang banyak. Dana yang ada pun dapat digunakan untuk naik haji.

Kesalahan saya adalah menggunakan ECCT secara overdosis, harusnya 20 jam atau kurang, dan berjeda, saya gunakan full time 24 jam, hanya dicopot saat mandi. Alhasil, sel matinya banyak sekali yang tak dapat diserap oleh darah, dan saya harus sabar menunggu mereka keluar sekarang.

Saya tulis kesaksian ini bukan karena saya dokter, ahli fisika medis, atau ahli elektro. Saya hanya penerima anugerah breast cancer yang sangat berterima kasih pada Dr. Warsito M.Eng. dengan adanya ECCT, yang telah membantu saya menghadapi anugerah ini dengan lancar, aman, menyenangkan, tanpa efek samping yang berarti.

Saya menyadari bahwa banyak penyandang kanker yang membutuhkan tempat untuk berdiskusi. Saya dan sahabat saya, Nita, mendirikan Lavender Ribbon Cancer Support Group sebagai wadah bagi mereka yang dianugerahi kanker, termasuk semua pengguna ECCT, untuk berdiskusi, tukar ilmu dan pengalaman.

Semoga informasi ini dapat membantu dan memberikan harapan serta semangat bagi banyak orang yang dianugerahi hadiah kanker. Aamiin. []

Ditulis oleh: Indira Abidin

*Seluruh kisah dalam website ini adalah kisah nyata dan ditulis berdasarkan hasil wawancara.

Leave a comment